Konsep sosiologis sebagai hasil temuan
penilitian ini dimulai dari terungkapnya apa yang diartikan sebagai
massa yang merupakan
sejumlah besar orang
yang membentuk khalayak terhadap suatu kejadian komunikasi. Terjadi
ketidaksepakatan tentang bagaimana memahami
sekelompok orang yang
dijangkau oleh komunikasi massa. Beberapa
teori percaya bahwa
massa tersusun dari
individu-individu yang heterogen,
tidak saling memahami, tidak memiliki pimpinan.
Yang lain menyerang gagasan ini sebagai tidak berdasar pada fakta atau
bukti, sehingga teorinya tidak tepat.
Sumber gambar http://isahkambali.com |
Komunikasi massa adalah transfer
pesan-pesan, informasi, teks dan semacamnya dari pengirim ke sejumlah orang
banyak: khalayak massa. Transfer ini melalui teknologi media massa;
yang selain seperti
yang kita kenal
sebagai media konvensional berkembang ke jaringan
komputer/internet. Pengirim sering kali adalah seseorang atau pimpinan atau
isnstitusi didalam organisasi
media. Pesan-pesan komunikasi
massa bersifat umum yang diterima oleh khalayak dalam jumlah besar/luas
dan bervariasi.
Meskipun komunikasi massa akan tetap ada (exist)
namun perkembangan budaya telah menggeser sebagian besar keperluan penggunaan
komunikasi massa ke media sosial. Karakter media komunikasi dewasa ini
dipengaruhi oleh genre yang diartikan sebagai tipe teks yang terkarekterisasi
oleh gaya atau formula khusus. Dalam bahasa Perancis genre artitinya sesuatu
atau kelas, dan memang dalam penelitian ini ditemukan komunikasi yang
berkarekter genre masa kini.
Tinjauan Psikologis:Sigmund Freud,
psikolog terkenal, sudah meneliti kepuasan penggunaan media sejak tahun 1963
dengan menerbitkan tulisan ilmiahnya Character and Culture. Selanjutna di tahun
1964, Carl Jung, seorang psikolog lain yang juga tersohor menerbitkan buku Man
and His Symbols, membahas simbolisasi merupakan fenomena budaya yang berkembang
terus terlebih karena majunya peradaban orang membaca, mendengarkan dan melihat
media yang mengantarkan kepada uses and gratification: kebutuhan dan kepuasan
terhadapan penggunaan media. Arthur Asa Berger, guru besar bidang penyiaran dan
komunikasi elektronik San Fransisco
State University; melakukan berbagai
penelitian yang dipaparkan sebagai tulisan
ilmiah dan menjadi populer dengan terbitnya buku Media Analysis Techniques di tahun
1998. Beliau mengurutkan 24 (duapuluh empat) hal dalam kebutuhan penggunaan dan
kepuasan orang terhadap media. Sadar tidak sadar kita pengguna dan pengikut tayangan media
telah mengalaminya secara
otomatis; mungkin baru
sekarang kita menjadi lebih
sadar: “Oh, karena itu saya memerlukan media sosial!” Yang paling
sederhana dan menjadi
peringkat atas keperluan
dan kepuasan menggunakan media
adalah: “untuk mendapatkan hiburan”; sedangkan Asa Berger mengurut di peringkat
paling bawah sebagai kebutuhan dan kepuasaan menggunakan media adalah “untuk
melihat penjahat beraksi”. Berbagai alasan Needs and Gratifications: Apa yang
didaftarkan oleh professor ahli media analisis sebagai urutan terakhir
kebutuhan manusia modern malah mungkin menjadi kebutuhan dan kepuasan utama.
Kita akan cepat membuka posting penabrakan dengan sengaja oleh terroris di
London dan di Barcelona; kita cepat ingin tahu bagaimana kejadian perampokan
dengan pembunuhan nasabah bank di SBPU di Jl. Daan Mogot beberapa waktu yang
lalu, dan setiap ada kejadian penjahat beraksi yang dapat direkam
melalui CCTV maupun video amatir, menjadi viral
di posting ke berbagai WA Groups, termasuk saling silang-pendapat tentang gagal
berangkat Umroh First Travel. Ada pula
orang atau institusi tertentu sengaja membuat rekaman palsu untuk provokasi
atau menyesatkan yang sekarang kita golongkan sebagai “hoax”. Namun ada juga
yang senagaja merekayasa tayangan penjahat beraksi sebagai karya kreatif untuk mengingatkan
para pengguna jalan untuk tidak menjadikan kecelakaan; para pembeli di restoran
dan mall agar ber-hati-hati terhadap pencopet; dan banyak kejadian kejahatan
termasuk yang dapat digolongkan sebagai
video pornografis seperti yang disiarkan sebagai tayangan percobaan perkosaan
di toilet mall, misalnya. Alasan lain yang banyak disoroti mengapa kita
membutuhkan dan merasa puas menggunakan media tertentu antara lain untuk
melihat otoritas figur/pejabat/selebritis diagungkan atau
direndahkan. Aneh terdengarnya,
tetapi inilah karakter
manusia, dimana masyarakat senang
melihat figur yang
pernah memiliki kewenangan direndahkan dan
ditertawakan, terutama politisi
dan selebriti tertentu.
Terdapat beberapa figur yang memiliki
kewenangan cenderung kita agungkan, seperti pejuang hak asasi manusia, pemimpin
yang dinistakan golongan tertentu. Sesungguhnya media
memainkan
peran penting untuk
mengajarkan bagaimana
menghubungkan kewenangan dengan figur otoritas tertentu. Juga menjadi
umum bahwa banyak individu menggunakan sosial media adalah untuk membagi
pengalaman dengan orang lain. Disini orang lain lebih dulu ditujukan kepada
komunitas masing-masing; seperti yang terbentuk dalam WA Group misalnya. Kepuasan
pribadi tercapai bila komunitasnya memberikan respons positif; demikian juga bisa
menimbulkan efek kekecewaan;
namun biasanya komunitas
memberikan toleransi tinggi agar
tidak memberikan komentar
negatif, bahkan lebih
mengarah pemberian saran sebagai umpan balik kepuasan si pengirim berita
yang membutuhkan “curhat” atau menyampaikan opini-nya. Semacam “curhat”
yang telah dibahas
ini adalah kebutuhan
dan kepuasan penggunaan media
“untuk mendapatkan empati”
dimana kita mendapatkan kenikmatan psikologis – menjadi
terharu atau “lega” (Bahasa se-hari-hari: “plong”). Mungkin dapat dikatakan
“mencari pelarian” apabila memerlukan menggunakan media adalah
“untuk bebas dari
rasa bersalah”. Emosi,
cinta dan kebencian mengakibatkan kejadian
dan bayang-bayang buruk.
Tantangan pengguna media demikian adalah hasrat untuk mengalami
emosi penuh tanpa terbawa atau memiliki
perasaan bersalah – ada yang nmenafsirkan
memerlukan pemuasan penggunaan media sebagai “pelampiasan emosi”. Sering pula
kita dengan sangat puas menonton dan mengkuti berita tentang kebaikan,
keistimewaan dan contoh kehidupan; maka needs and gratifications demikian “untuk
mendapatkan model yang bisa kita tiru atau tunjukkan pada kerabat dekat”
Sumber gambar https://apikecil.files.wordpress.com/ |
Sedang kebutuhan untuk pencapaian kepuasan
lainnya dalam kita menggunakan media (baik media sosial yang canggih maupun
media konvensional seperti media cetak dan media elektronik TV) di tulis oleh
Prof. Arthur Asa Berger antara lain: “untuk memperoleh informasi lokal maupun
global”; “untuk mengetahui tatatanan tertetntu”; “untuk berpartisipasi dalam
komunitas maupun masuk
dalam sejarah”; “untuk menjelajahi subjek yang tabu tanpa
risiko” dan “untuk menegaskan nilai-nilai spiritual, moral serta kultural”. Proses penelitian
kualitatif teori uses and
gratifications media sosial
WA (WhatsApp) dilaksanakan terhadap beberapa anggota WA Groups yang
cukup mewakili beberapa kelompok budaya masyarakat tersebar di P. Jawa, yaitu: ...........
Detail Jurnal: Klik di sini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar