Secara akademik isu
dipelajari dalam beberapa fase, seperti yang ditulis oleh Scott M. Cutlip dan
teman-teman (2006), antara lain meliputi fase: nonexistent, potential, dormant, eminent, current and critical. Apa
arti semua ini?
Sumber gambar http://hyuwaq.blogspot.co.id |
Sering isu sudah menjadi krisis seperti isu yang ditimbukan
oleh suatu organisasi LSM untuk menjelekkan suatu perusahaan tambang emas
dengan menyiarkan berita dan tuntutan perusakan lingkungan karena pembuangan
limbah: isu “Buyat” yang dialami Perusahaan Newmout; isu e-mail yang dibesarkan
oleh rumah sakit di kawasan Alam Sutra sehingga pengirim e-mail harus
menderita; isu lemak babi sering timbul tenggelam atas berbagai makanan olahan
dan produk konsumer lainnya. Bagaimana kalau menjadi krisis? Tentu sangat
merugikan bagi perusahaan yang mengalaminya. Selain isu, banyak “musibah” yang
terjadi pada fisik produk yang dipasarkan, maupun terjadinya kerusakan hingga
kerugian besar yang menimpa bangunan pabrik atau sarana transportasi (perusahaan
penerbangan) misalnya. Beberapa waktu lalu berlangsung krisis besar melanda
Samsung karena salah satu gawai type G7-nya yang mengalami baterainya terbakar.
Sering pabrik mengalami kebakaran parah yang menimbulkan korban. Tentu Quality Assurance produksi memegang
peran, demikian pula latihan simulasi kebakaran; namun penting juga bagaimana
mengahadapi isu dan krisis dalam bidang komunikasi dengan media. Ilmu manajemen
isu dan krisis menjadi keharusan yang harus dikuasai oleh pimpinan perusahaan,
menejer dan semua karyawan.
Sumber gambar https://www.ssc.edu |
Banyak contoh studi kasus apabila perusahaan sadar
dan siap menghadapi kemungkinan terjadinya isu jelek ataupun kemungkinan
terjadinya musibah fisik maka perusahaan siap menghadapinya dan tahu bagaimana
menyusun strategi “Disaster Recovery”
mengahadpi isu & krisis dan lebih tanggap dapat lebih cepat bangkit kembali
setelah terjadinya suatu musibah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar