Pada akhir pelatihan, melakukan evaluasi gagasan baru serta tindakan lebih lanjut untuk diterapkan pada tahun ini.
Kamis, 18 Januari 2018
Spirit Delivery Order Service
Dalam era persaingan bisnis, Delivery Order Service memegang peran penting. Ilmu terapan ini termasuk dalam pengetahuan Customer Relationship Management (CRM). Pada pembukaan pelatihan peningkatan service, pelatih mempraktekan menelpon call center untuk order.
Pembicaraan pelayan call center menjadi diskusi pertama, setelah itu baru ke topik baru tentang teori CRM. Dalam pelatihan distimulasi agar manajer berinovasi.
Pada akhir pelatihan, melakukan evaluasi gagasan baru serta tindakan lebih lanjut untuk diterapkan pada tahun ini.
Pada akhir pelatihan, melakukan evaluasi gagasan baru serta tindakan lebih lanjut untuk diterapkan pada tahun ini.
Selasa, 09 Januari 2018
Hadapi Isu dan Krisis
Secara akademik isu
dipelajari dalam beberapa fase, seperti yang ditulis oleh Scott M. Cutlip dan
teman-teman (2006), antara lain meliputi fase: nonexistent, potential, dormant, eminent, current and critical. Apa
arti semua ini?
Sumber gambar http://hyuwaq.blogspot.co.id |
Sering isu sudah menjadi krisis seperti isu yang ditimbukan
oleh suatu organisasi LSM untuk menjelekkan suatu perusahaan tambang emas
dengan menyiarkan berita dan tuntutan perusakan lingkungan karena pembuangan
limbah: isu “Buyat” yang dialami Perusahaan Newmout; isu e-mail yang dibesarkan
oleh rumah sakit di kawasan Alam Sutra sehingga pengirim e-mail harus
menderita; isu lemak babi sering timbul tenggelam atas berbagai makanan olahan
dan produk konsumer lainnya. Bagaimana kalau menjadi krisis? Tentu sangat
merugikan bagi perusahaan yang mengalaminya. Selain isu, banyak “musibah” yang
terjadi pada fisik produk yang dipasarkan, maupun terjadinya kerusakan hingga
kerugian besar yang menimpa bangunan pabrik atau sarana transportasi (perusahaan
penerbangan) misalnya. Beberapa waktu lalu berlangsung krisis besar melanda
Samsung karena salah satu gawai type G7-nya yang mengalami baterainya terbakar.
Sering pabrik mengalami kebakaran parah yang menimbulkan korban. Tentu Quality Assurance produksi memegang
peran, demikian pula latihan simulasi kebakaran; namun penting juga bagaimana
mengahadapi isu dan krisis dalam bidang komunikasi dengan media. Ilmu manajemen
isu dan krisis menjadi keharusan yang harus dikuasai oleh pimpinan perusahaan,
menejer dan semua karyawan.
Sumber gambar https://www.ssc.edu |
Banyak contoh studi kasus apabila perusahaan sadar
dan siap menghadapi kemungkinan terjadinya isu jelek ataupun kemungkinan
terjadinya musibah fisik maka perusahaan siap menghadapinya dan tahu bagaimana
menyusun strategi “Disaster Recovery”
mengahadpi isu & krisis dan lebih tanggap dapat lebih cepat bangkit kembali
setelah terjadinya suatu musibah.
Minggu, 07 Januari 2018
BPK Perwakilan Jawa Tengah Bedah Buku
Badan Pengawas Keuangan (BPK) Perwakilan Jawa Tengah terus menjalin kerjasama dengan sejumlah stakeholder. Salah satu cara yang dilakukan adalah mengajak pustakawan dan humas di berbagai daerah untuk mengikuti bedah buku berjudul Crisis Management & Public Relations; Mengatasi Krisis Memulihkan Citra.
Dalam bedah buku tersebut, sebanyak 80 peserta dari berbagai pustakawan dan Humas pemerintah daerah 35 Kabupaten/Kota di Jateng dihadirkan. Sebagai pembicara, adalah penulis buku, Ludwig Suparmo.
Dalam bedah buku tersebut, sebanyak 80 peserta dari berbagai pustakawan dan Humas pemerintah daerah 35 Kabupaten/Kota di Jateng dihadirkan. Sebagai pembicara, adalah penulis buku, Ludwig Suparmo.
Bedah Buku |
Menurut Kasubbag Humas BPK Perwakilan Jateng, Athur Saragi, kegiatan bedah buku tersebut selain menambah pemahaman tentang manajemen krisis dan PR, juga sebagai upaya membangun kerja sama yang efektif dengan stakeholder BPK yang ada di Semarang dan sekitarnya.
“Kami harapkan ke depan nanti, relasi BPK dengan stakeholder, khususnya dengan para pelaksana fungsi kehumasan, menjadi semakin baik dan produktif,” jelas Athur Saragi.
“Kami harapkan ke depan nanti, relasi BPK dengan stakeholder, khususnya dengan para pelaksana fungsi kehumasan, menjadi semakin baik dan produktif,” jelas Athur Saragi.
Acara bedah buku itu sendiri baru lanjut dia baru pertama kali dilaksanakan di BPK Perwakilan Provinsi Jateng.
“Acara bedah buku ini memang baru pertama kali kami laksanakan. Kami harapkan nanti akan ada kegiatan-kegiatan sejenis untuk dapat lebih meningkatkan kapasitas para pelaksana tugas kehumasan maupun untuk meningkatkan kerja sama antar-instansi yang sudah ada selama ini,” pungkasnya.
“Acara bedah buku ini memang baru pertama kali kami laksanakan. Kami harapkan nanti akan ada kegiatan-kegiatan sejenis untuk dapat lebih meningkatkan kapasitas para pelaksana tugas kehumasan maupun untuk meningkatkan kerja sama antar-instansi yang sudah ada selama ini,” pungkasnya.
Sementara itu, sang penulis Ludwig Suparmo menjelaskan, respon awal dalam menyikapi sebuah kiris menjadi pertaruhan bagi organisasi atau lembaga. Jika manajemen tidak memberi respon yang tepat dan cepat, eskalasi dampak dari peristiwa yang ada akan semakin sulit diatasi.
“Dalam setiap kejadian, masyarakat butuh kejelasan informasi dan kepastian sikap dari sebuah organisasi. Pelaksana fungsi kehumasan seharusnya menjadi sumber dan penyampai informasi yang paling bisa diandalkan oleh publik,” katanya.
“Dalam setiap kejadian, masyarakat butuh kejelasan informasi dan kepastian sikap dari sebuah organisasi. Pelaksana fungsi kehumasan seharusnya menjadi sumber dan penyampai informasi yang paling bisa diandalkan oleh publik,” katanya.
Bedah buku |
Menurut penulis yang juga pengajar di STIKOM InterStudi Jakarta ini, krisis yang terjadi bukan melulu menjadi tanggung jawab unit kerja Public Relations. Keseluruhan jajaran manajemen harus bersinergi untuk mencegah, mengelola dan menyelesaikan krisis yang dialami organisasi.
Oleh karena itu, setidaknya terdapat tiga hal penting yang harus dimiliki setiap pimpinan, khususnya divisi atau unit kerja yang terkait fungsi PR, yaitu kesiapan (be prepared), kehadiran dan kesediaan menghadapi permasalahan (be available), serta meyakinkan dan berwibawa (be credible).
“Seorang pimpinan atau praktisi PR yang baik haruskah punya keberanian menghadapi persoalan, bukan orang-orang yang suka menghindar atau ngeles,” pungkasnya. (andika prabowo)
“Seorang pimpinan atau praktisi PR yang baik haruskah punya keberanian menghadapi persoalan, bukan orang-orang yang suka menghindar atau ngeles,” pungkasnya. (andika prabowo)
Editor: Ismu Puruhito, Sumber: http://jatengtoday.com/bpk-perwakilan-jateng-bedah-buku-5235
Resolusi Manajemen Konflik dengan para Managers (BNI, Pabrik Busi NGK, dan Pem. Listrik Muara Enim)
Manajemen
Konflik merupakan pengetahuan praktis yang harus dikuasai oleh pucuk pimpinan
serta jajaran pimpinan pelaksana tinkat manajersenior.
Sharing manajemen konflik |
Konflik dari ketidak
puasan menjadi issue dan hasutan hingga ancaman dan "demo" serta
berlanjut kepemogokan kerja yang sangat merugikan operasionel maupun mencederai
citra dan reputasi industri/instansi/perusahaan.
Bersama dengan pimpinan dari tiga perusahaan (Managers) |
Pendekatan mengatasi konflik dihayati dari teori yang matang dan studi kasus
keberhasilan menanganinya; yaitu melalui Kecerdasan Emosi (EQ) serta
melaksanakan Komunikasi Efektif. Selain
itu pengetahuan berbisnis secara etis yang menuntun agar perusahaan jujur dan mempunyai
integritas merupakan pengetahuan pelengkap sangat penting.
Diskusi bersama |
Pelatih berpengalaman sebagai GM disuatu industri, menguasai Ilmu Komunikasi dan Ilmu Manajemen Organisasi.
Jadilah pemenang dalam menghadapi konflik |
Buku Crisis Management dan Perpustakaan Badan Pengawas Keuangan (BPK) Pusat
Di
pertengahan Oktober 2017 saya dihubungi petugas Perpustakaan Badan Pengawas Keuangan
(BPK) Pusat, memberi kabar bahwa Kepala Divisi Humas BPK Perwakilan Jateng akan
mengadakan silaturahmi dengan Bako Humas seluruh instansi dan institusi
Kehumasan Jateng dimana akan digelar bedah buku Manajemen Krisis yang ditemukan
di Perpus BPK.
Buku Crisis Management & Public Relation |
Isi buku tersebut dinyatakan tepat karena berisi Konsep
menghadapi Krisis, selain itu dipaparkan banyak studi kasus; baik kejadian
krisis yang dialami oleh instansi/korporasi/produk di luar negeri, juga di
Indonesia.
Pemaparan bedah buku Crisis Management & Public Relations |
Bedah
buku dan pembahasan mengenai Manajemen Krisis dilaksanakan di gedung BPK
Perwakilan Jateng yang terletak di jalan utama Semarang menuju Ungaran, pada
pertengahan Novemebr 2017. Selain pemaparan garis besar isi buku juga di
adakan tanya jawab sehubungan dengan fungsi Humas di instansi dan institusi.
Ajang silatutahmi Bako Humas Jateng dihadiri antara lain oleh Humas Kodam
Diponegoro, beberapa Humas Pemda, juga dari akademisi Universitas Diponegro dan
Universitas Negeri Semarang.
Tanya jawab |
Dalam
gambar tampak Bp. Athur Saragih, Kepala Humas BPK Perwakilan Jateng (berseragam
hitam), juga tampak moderator ibu Shinta dari salah satu Media di Semarang.
Diskusi |
Penulis buku, Ludwig Suparmo, masuk ke sidang audience untuk menjawab berbagai pertanyaan sekitar kehumasan. Dalam kesempatan itu
diadakan quiz dengan hadiah buku Crisis Management. Banyak masukkan yang
menyarankan agar menerbitkan buku edisi baru tentang Manajemen Krisis.
Foto bersama Bpk. Athur Saragih & Ibu Shinta |
Wawancara dengan media lokal Semarang |
Jumat, 05 Januari 2018
Pelajaran dari Manajemen Risiko
Sumber gambar http://info-aktual.blogspot.co.id |
Bukti Manajemen Risiko dan
Manajemen Krisis yang dikelola secara baik dan profesional yaitu sewaktu
terjadi kecelakan pesawat Garuda GA 200 di Bandar Udara Adi Sucipto, Yogyakarta,
pada tanggal 7 Maret 2007. Dalam waktu
hitungan jam setelah kecelakan di pagi hari, Direktur Utama Garuda Indonesia
Airways, Emirsyah Satar, muncul di media massa (setelah tentunya diberi briefing oleh VP Communications, yang
merupakan Humas Garuda) menyampaikan empatinya dan mengatakan bahwa para korban
telah ditangani di beberapa rumah sakit di kota Yogyakarta dan berjanji
memberikan santunan secepatnya. Pagi hari berikutnya telah
terbit iklan belasungkawa terhadap korban yang meninggal. Komunikasi layanan
darurat dibuka 24 jam, baik di Kantor Pusat Garuda di Bandara Soekarno Hatta
dan di kantor perwakilan Yogyakarta. Saat didesak wartawan mengenai kemungkinan
kecelakan karena human error, dijawab
oleh Humas Garuda: “Terlalu dini untuk menentukan. Yang berwenang menyampaikan
adalah Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)”.
Berdasarkan catatan
penulis, keputusan hukum atas kesalahan pilot oleh Pengadilan Yogyakarta dan
Kesaksian KNKT yang menyatakan ketidaksiapan Bandara Adi Sucipto, hingga
sekarang tidak jelas kedudukannya. Namun dalam kecepatan dan penyampaian
komunikasi seketika pada waktu terjadi kecelakaan dan penanganan korban di
hari-hari berikutnya serta informasi yang akurat dapat diklasifikasi sebagai
pemenuhan aplikasi Manajemen Krisis yang cepat tanggap sesuai ketentuan.
Sedangkan contoh buruk
tidak dipikirkannya secara profesional bidang Manajemen Risiko dan tidak
dilaksanakannya Manajemen Krisis dengan benar adalah terjadinya semburan lumpur
panas di Sidoarjo yang dimulai terjadinya pada tanggal 29 Mei 2006 yang
disebabkan oleh eksplorasi PT Lapindo Brantas. Berita berasal dari pendapat
para wartawan berbagai media dengan versi masing-masing, ada juga berita dari
PT Lapindo Brantas, yang menyatakan musibah tersebut disebabkan gempa.
Komunikasi tidak lancar dan tidak jelas. Ada upaya Humas ditampilkan sejenak,
tetapi tidak konsisten, dan karyawan Humas kemudian diganti. Dikabarkan pula
bahwa politik ikut campur tangan dan pemilik ingin Pemerintah mengambil alih
bencana tersebut sebagai Bencana Nasional. Santunan yang dijanjikan tersendat,
hingga menimbulkan unjuk rasa berlarut-larut.
Manajemen Risiko dan Manajemen Krisis
Sumber gambar http://bigeye.ug |
Manajemen
risiko dalam komunikasi berupaya mengelola, mengetahui early warning signs, yaitu deteksi dini tanda-tanda kemungkinan
bisa terjadinya suatu krisis, sehingga komunikasi dapat dikelola secara efektif
dan efisien. Kelanjutan korporasi/institusi bisa terhambat bahkan reputasi
korporasi/institusi bisa rusak jika komunikasi tidak dirancang dan dikerjakan
secara profesional. Michael Regester
dan Judy Larkin dalam bukunya Risk Issues and Crisis Management (2000),
menyatakan bahwa tesis masyarakat risiko mengidentifikasi pola baru kecemasan
politik dan publik. Konflik ini diangkat oleh kombinasi di antaranya perubahan
sosial yang berkelanjutan dan ketidakpastian, juga oleh inovasi teknologi
industri. Dapat dipahami bahwa konflik sosial dan kepentingan politik serta
kemajuan teknologi industri menjadi tantangan risiko perusahan yang harus
dicermati.
Meskipun sikap Peter Power dalam Busines School Press (2000) lebih
berhati-hati dengan mengatakan bahwa Crisis
is a facet of risk management, although it is probably untrue to say that
Crisis Management represents a failure of Risk Management since it will never
be possible to totally mitigate the chances of catastrophes occurring. Crisis
Management is occasionally referred to as incident management, although several
industry specialists argue that the term crisis management is more accurate. Di
sini Peter Power ingin menekankan bahwa pengelolaan risiko melalui manajemen
krisis sangat penting meskipun dengan pengetahuan manajemen risiko kemungkinan
terjadinya suatu krisis, yang dalam hal ini merupakan kejadian yang terencana,
tidaklah mungkin dapat secara keseluruhan dikurangi. Korelasi Risk Management dan Crisis Management diperjelas oleh pendapat Peter Power dalam Business School Press yang jelas
mengemukakan banyak pendapat pakar industri tentang pentingnya pengetahuan
manajemen krisis.
Risk Management
dan Crisis Management yang
berorientasi pada manajemen komunikasi korporasi/institusi bertujuan agar
kejadian buruk atau kurang pantas tidak mempengaruhi citra, yang dapat
berdampak negatif bagi publik:
a.
Internal:
perusahaan, investor (pemilik), pemangku manajemen, pekerja (staf dan buruhnya)
b. Eksternal:
pemegang saham (bagi perusahaan terbuka/public
listed company), pemasok, distributor, klien, konsumen, pemangku pembuat
regulasi (pemerintah) dan public external
yang amat penting adalah jurnalis/media yang merupakan sarana publikasi untuk
pencapaian komunikasi yang efisien.
Perusahaan/institusi yang profesional sewajarnya
memiliki tim crisis management yang
dikelola oleh seorang PR Specialist
Crisis, yang antara lain memiliki pengetahuan yang luas dan keterampilan (skill) yang bertindak sebagai
konsultan/penasehat kepada pemangku pemimpin perusahaan/institusi, dapat secara
efisien dan efektif membina hubungan komunikasi dan dapat menjelaskan kejadian
dengan tepat dan tanggap (segera). Seluruh tim manajemen krisis tentunya perlu
“mendengarkan/mengikuti” sebab-musabab risiko dan masalah yang menimpa
perusahaan bila krisis terjadi. Dalam hal ini listening skills menjadi sangat penting, agar kemudian dapat secara
cepat dan tepat menganalisis demi pengambilan keputusan dan tindakan segera
secara tepat.
Kecakapan dalam menyampaikan, to convey, misi dan visi atau idealisme dan tanggung jawab
perusahaan menjadi dasar agar tim krisis dapat berkomunikasi secara efektif.
Kecakapan berkomunikasi 2 (dua) arah sangat diperlukan, sehingga dapat dibina mutual respect & mutual understanding.
Kamis, 04 Januari 2018
Arogansi Menuntun pada Kehancuran Reputasi
Sumber gambar: catatan-abg-jonni.blogspot.co.id |
David
Wighton, Editor Bisnis tabloid The Times
menulis bahwa ketika mendengar rencana Tony Hayward akan pulang berlibur
berlayar dengan yacht–nya, semula ia
tidak percaya. Namun pada akhir minggu itu diketahui bahwa berita tersebut
ternyata benar. Sesungguhnya sebelum itu, simpati pada Tony Hayward sebenarnya
disampaikan oleh dunia bisnis Inggris. Para pemimpin perusahaan di Inggris
berpendapat bahwa Hayward hanyalah dicemooh oleh Presiden Obama dan diberitakan
secara tidak adil oleh media di Amerika Serikat.
Tony Hayward dikenal sebagai CEO BP yang memiliki
talenta yang memulai sungguh-sungguh berusaha menghentikan semburan minyak dari
ladangnya. Memang semburan minyak ini merupakan musibah pencemaran lingkungan
yang paling dahsyat dalam sejarah Amerika. Sebelum ini, sehabis meledaknya
anjungan pengeboran laut dalam yang menelan 11 orang korban meninggal, Tony
Hayward, membuat pernyataan yang sangat keliru, ditinjau dari segi Public
Relations, ketika dia berujar: “Siapa yang menginginkan kejadian ini, saya pun
ingin kehidupan saya kembali seperti semula.”
Kritik mulai dilancarkan ketika Hayward pulang mudik
untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-54 dengan keluarganya di Inggris.
Karyawan BP lainnya tentu tidak akan pulang mudik untuk merayakan ulang
tahunnya, jika di tempat kerja sedang terjadi musibah. Bagi orang Amerika,
tindakannya menunjukkan kesombongannya, karena dengan mudahnya dia bisa pulang
mudik; sedangkan karyawan lain harus tetap bekerja keras menghadapi semburan
minyak yang menjadi semakin parah dan belum tahu cara mengatasinya dengan
benar. Mereka berusaha mencoba berbagai cara. Ketika beberapa hari sebelumnya
menghadap panggilan Kongres, Hayward berdiam diri, tidak bersedia memberikan
keterangan lebih rinci mengenai sebab kejadian pecahnya pipa pengeboran di laut
dalam. Sikap demikian kemudian mengarah pada risiko tuntutan hukum terhadap BP.
Oleh Editor The
Times, David Wighton, keputusan Hayward mudik untuk merayakan ulang
tahunnya dengan berlayar di sekitar pulau Wight, dikatakan sebagai keputusan
“bunuh diri”. Sebaliknya mungkin Hayward berpendapat beda: setelah berminggu-minggu
lamanya dia berada di lapangan Teluk Meksiko, mengapa orang lain harus
merisaukan kalau dia pulang berakhir pekan. Memang sesungguhnya tidak akan
berbeda, apakah dia pulang menikmati berlayar dengan perahunya, atau tinggal di
rumah menonton pertandingan sepak bola World Cup di depan TV bersama putranya.
Namun dari segi Public Relations, berlibur pada waktu “gawat” terjadi di
perusahaan yang dipimpinnya, pasti menimbulkan berbagai persepsi “kurang pas”.
Tampaknya dia juga tidak menghiraukan konsultasi dari PR Advisers yang dibayarnya.
Chairman BP, Carl-Henric Svanberg, atasan Hayward,
diberitakan bertindak lebih “gila”, yaitu juga pergi berlayar menggunakan yacht yang lebih besar lagi di Thailand
akhir pekan itu. Namun masih diberi “ampun” oleh media Amerika, karena sebagai
petinggi perusahaan minyak dunia, ia diundang menghadiri resepsi kerajaan atas
pernikahan putri kerajaan Swedia dan tidak menghadirinya. (Pada permulaan bulan
Juli, ketika penulis menyusun buku ini, berbincang dengan seorang kulit putih, ekspatriat
yang bekerja di Jakarta, menduga bahwa kedua petinggi BP tersebut: Hayward dan Svanberg,
diperkirakan akan digantikan tidak lama lagi). Media yang masih penuh perhatian
pada perkembangan semburan minyak di Teluk Meksiko juga bereaksi keras ketika
pada akhir pekan 17 Juli 2010, Presiden Barack Obama beserta keluarganya
menikmati liburan di resor dengan nama Bar Harbor Maine. Antara lain siaran
berita malam TV CNN meliput santainya keluarga Obama menikmati pemandangan dan
permainan di udara bebas dengan latar belakang resor tersebut yang indah
alamnya. Komentar CNN mempertanyakan kelayakan mengambil waktu berlibur ketika bencana
BP belum pasti akan berakhir. (Tanggal 13 Juli 2010, sudah dikabarkan
keberhasilan BP “menyumbat” semburan minyak mentah).
Langganan:
Postingan (Atom)