Selasa, 09 Januari 2018

Hadapi Isu dan Krisis


Secara akademik isu dipelajari dalam beberapa fase, seperti yang ditulis oleh Scott M. Cutlip dan teman-teman (2006), antara lain meliputi fase: nonexistent, potential, dormant, eminent, current and critical. Apa arti semua ini? 

Sumber gambar http://hyuwaq.blogspot.co.id
Sering isu sudah menjadi krisis seperti isu yang ditimbukan oleh suatu organisasi LSM untuk menjelekkan suatu perusahaan tambang emas dengan menyiarkan berita dan tuntutan perusakan lingkungan karena pembuangan limbah: isu “Buyat” yang dialami Perusahaan Newmout; isu e-mail yang dibesarkan oleh rumah sakit di kawasan Alam Sutra sehingga pengirim e-mail harus menderita; isu lemak babi sering timbul tenggelam atas berbagai makanan olahan dan produk konsumer lainnya. Bagaimana kalau menjadi krisis? Tentu sangat merugikan bagi perusahaan yang mengalaminya. Selain isu, banyak “musibah” yang terjadi pada fisik produk yang dipasarkan, maupun terjadinya kerusakan hingga kerugian besar yang menimpa bangunan pabrik atau sarana transportasi (perusahaan penerbangan) misalnya. Beberapa waktu lalu berlangsung krisis besar melanda Samsung karena salah satu gawai type G7-nya yang mengalami baterainya terbakar. Sering pabrik mengalami kebakaran parah yang menimbulkan korban. Tentu Quality Assurance produksi memegang peran, demikian pula latihan simulasi kebakaran; namun penting juga bagaimana mengahadapi isu dan krisis dalam bidang komunikasi dengan media. Ilmu manajemen isu dan krisis menjadi keharusan yang harus dikuasai oleh pimpinan perusahaan, menejer dan semua karyawan. 

Sumber gambar https://www.ssc.edu
Banyak contoh studi kasus apabila perusahaan sadar dan siap menghadapi kemungkinan terjadinya isu jelek ataupun kemungkinan terjadinya musibah fisik maka perusahaan siap menghadapinya dan tahu bagaimana menyusun strategi “Disaster Recovery” mengahadpi isu & krisis dan lebih tanggap dapat lebih cepat bangkit kembali setelah terjadinya suatu musibah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar